Joki Tugas dan Skripsi: Wajah Buruk Pendidikan Indonesia yang Mencetak Generasi Bermental Curang

Di balik gemerlap toga dan gelar sarjana, ada praktik curang yang menggerogoti fondasi pendidikan Indonesia. Jasa joki tugas dan skripsi kini menjadi fenomena umum—melanggengkan kemalasan, mematikan integritas, dan menyiapkan generasi koruptif masa depan.


Praktik yang Terang-Terangan

Media sosial kini dipenuhi iklan jasa joki. Tak perlu riset panjang—cukup ketik “joki skripsi” dan ratusan akun akan muncul menawarkan bantuan akademik instan.

“Kami jamin anti plagiarisme, bisa bantu revisi sampai sidang,” tulis akun Instagram @skripsikilat.id (disamarkan), yang memiliki lebih dari 10 ribu pengikut.

Tarifnya pun beragam: dari puluhan ribu rupiah untuk tugas ringan, hingga jutaan untuk skripsi lengkap. Bahkan disertai garansi revisi dan konsultasi dosen.


Mental Instan di Kalangan Mahasiswa

Survei internal terhadap 500 mahasiswa dari 7 universitas di Jabodetabek mengungkap:

  • 34,6% pernah menggunakan jasa joki.
  • Hanya 8,1% merasa bersalah.
  • 45,7% mengaku alasannya karena sibuk bekerja atau malas mengerjakan tugas sendiri.

“Saya kerja full-time, kalau tugas numpuk ya saya bayar aja,” ujar A, mahasiswa swasta di Tangerang.


Kampus Tak Bertindak, Dosen Kehabisan Tenaga

Banyak dosen menyerah karena beban kerja administratif tinggi. Tugas sering dianggap sekadar formalitas, dan plagiarisme diperiksa sekilas. Bahkan, beberapa kampus memilih bungkam demi menjaga citra akademik.

“Ada kampus tahu soal joki, tapi memilih tutup mata,” ungkap S, mantan penyedia joki yang kini menjadi pelapor praktik ini.


Benih Korupsi dari Bangku Kuliah

Menurut Dr. Herlina Suprapti, pakar pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia:

“Kalau sejak kuliah seseorang terbiasa curang, jangan kaget kalau kelak jadi pejabat yang menyalahgunakan kekuasaan.”

Budaya joki adalah bentuk awal dari budaya korupsi—dimulai dari nilai, tumbuh dalam kelonggaran sistem, dan menular antar generasi.


Solusi: Bangun Sistem yang Menjunjung Integritas

Beberapa langkah konkret yang direkomendasikan:

✔️ Mendesain ulang tugas agar berbasis pengalaman dan sulit dijoki.
✔️ Menyelenggarakan ujian lisan intensif untuk menguji pemahaman.
✔️ Edukasi integritas sejak semester awal.
✔️ Sanksi tegas dan publik atas pelaku kecurangan.
✔️ Kampanye nasional anti-joki di kalangan mahasiswa dan masyarakat.

“Integritas itu harus dibangun dari ruang kelas, bukan cuma pidato di hari wisuda,” tegas Siti Andini, aktivis Gerakan Kampus Jujur.


Akhir Kata

Jika bangsa ini ingin mencetak generasi yang jujur dan berdaya saing, maka praktik joki tugas dan skripsi harus dihentikan. Bukan sekadar pelanggaran kecil—ini adalah cikal bakal mental korupsi yang lebih besar.

Sudah saatnya seluruh pihak—orang tua, dosen, institusi, hingga pemerintah—mengambil sikap tegas. Sebab, masa depan bangsa tidak bisa dijoki.


Referensi:

KPK – Kajian Integritas dan Korupsi di Lembaga Pendidikan (2022)

Kemendikbudristek – Laporan Etika Akademik 2023

Tirto.id – “Bisnis Joki Skripsi di Sosial Media” (2024)

BRIN – Laporan Studi Budaya Akademik di Jawa-Bali (2023)

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan – Vol. 28 No. 3

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *